BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Peramalan
Prakiraan atau peramalan
merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi
pada masa yang akan datang. Dengan digunakannya peralatan metode-metode
prakiraan/peramalan maka akan memberikan hasil prakiraan atau peramalan yang
lebih dapat dipercaya akan ketetapannya. Oleh karena masing-masing metode
prakiraan/peramalan berbeda-beda, maka penggunaannya harus hati-hati terutama
dalam pemilihan metode untuk penggunaan dalam kasus tertentu. Pertimbangan ini
dibutuhkan, karena tidak ada satupun metode dari prakiraan/peramalan tersebut
yang dapat dipergunakan secara universal untuk
seluruh keadaan atau situasi. Di samping itu perlu pula diperhatikan bahwa
prakiraan atau peramalan selalu salah, di mana jarang sekali terjadi apa yang
diperkirakan atau diramalkan tentang penjualan misalnya sama persis dengan
jumlah yang terjadi dalam penjualan nyata (Assauri, 1993).
2.1.1
Jenis Jenis Peramalan
Peramalan
dapat dilakukan secara kuantitatif ataupun kualitatif. Pengukuran kuantitatif
menggunakan metode statistik, sedangkan pengukuran kualitatif berdasarkan
pendapat (judgment) dari yang
melakukan peramalan. Berdasarkan
horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu peramalan
jangka panjang, peramalan jangka menengah, dan peramalan jangka pendek (Subagyo, 1986).
1. Peramalan jangka panjang, yaitu yang
mencakup waktu lebih besar dari 24 bulan, misalnya peramalan yang
diperlukan dalam kaitannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilitas, dan
perencanaan untuk kegiatan litbang.
2. Peramalan jangka menengah, yaitu antara
3-24 bulan, misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan
anggaran produksi.
3. Peramalan jangka pendek,yaitu untuk jangka
waktu kurang dari 3 bulan, misalnya peramalan dalam hubungannya dengan
perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja, dan penugasan.
Peramalan jangka panjang banyak menggunakan pendekatan
kualitatif, sedangkan peramalan jangka menengah dan pendek menggunakan
pendekatan kuantitatif.
2.1.2 Metode Peramalan
Metode peramalan
terdiri atas (Herjanto, 2008):
1.
Metode Peramalan Kualitatif
Pada umumnya, peramalan
kualitatif bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan, dan
pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan
orang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan metode kualitatif
tidak berarti hanya menggunakan intuisi, melainkan mengikutsertakan model
statistik sebagai bahan masukan dalam melakukan judgment (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara
perseorangan ataupun kelompok.
Dalam peramalan
kualitatif dikenal empat metode yang umum dipakai, yaitu (Biegel, 1992):
a.
Juri Opini Eksekutif
Pendekatan ini
merupakan pendekatan peramalan yang paling sederhana dan banyak digunakan dalam
peramalan bisnis.
b.
Metode Delphi
Dalam metode ini,
serangkaian kuesioner disebarkan kepada responden, kemudian jawabannya
diringkas dan diberikan ke panel ahli untuk dibuat perkiraan.
c.
Gabungan Tenaga Penjualan
Metode ini cukup
banyak digunakan, karena tenaga penjualan (sales
force) merupakan sumber informasi yang baik mengenai permintaan konsumen.
Setiap tenaga penjualan meramalkan tingkat penjualan di daerahnya, kemudian
digabungkan pada tingkat provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat nasional
untuk mencapai peramalan yang menyeluruh.
d.
Survei
Pasar
Masukan diperoleh
dari konsumen atau konsumen potensial terhadap rencana pembelian dimasa datang.
Survei dapat dilakukan dengan kuesioner, telepon, atau wawancara langsung.
Pendekatan ini membantu tidak saja dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga
dalam meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk suatu produk baru.
Selain memerlukan waktu, metode ini juga mahal dan sulit.
2. Metode Peramalan Kuantitatif
Pada dasarnya, metode
kuantitatif yang digunakan dalam perkiraan dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu (Biegel, 1992):
a.
Metode Serial Waktu
Metode
serial waktu (deret berkala, time series)
adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan
fungsi dari waktu. Analisis serial waktu dimulai dengan memplotkan data pada
suatu skala waktu, mempelajari pola tersebut, dan akhirnya mencari suatu bentuk
atau pola yang konsisten atas data. Pola
dari serangkaian data dalam serial waktu dapat dikelompokkan dalam pola dasar
sebagai berikut:
· Konstan, yaitu apabila data berfluktuasi
dari sekitar rata-rata secara stabil. Pola berupa garis lurus horizontal. Pola
seperti ini terdapat dalam jangka pendek atau menengah, jarang sekali suatu
variabel memiliki pola konstan dalam jangka
panjang.
· Kecendrungan (trend), yaitu apabila data dalam jangka panjang mempunyai
kecendrungan, baik yang awalnya meningkat maupun menurun dari waktu ke waktu.
· Musiman (seasonal), yaitu apabila polanya merupakan gerakan yang
berulang-ulang secara teratur dalam setiap periode tertentu, misalnya tahunan,
semesteran, kuartalan, bulanan atau mingguan.
· Siklus (cyclical), yaitu apabila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang, seperti
daur hidup bisnis.
· Residu atau variasi acak, yaitu apabila
data tidak teratur sama sekali. Data yang bersifat residu tidak dapat digambarkan.
b.
Metode
Kausal
Metode Kausal atau
disebut juga dengan metode eksplanatori mengasumsikan adanya hubungan sebab
akibat antara variabel bebas dan variabel tidak bebas yang dipengaruhinya, atau
dalam bentuk lain antara input dan output dari suatu sistem. Sistem itu dapat berbentuk
makro (seperti perekonomian nasional) atau mikro (seperti dalam perusahaan atau
rumah tangga). Metode
Kausal bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa datang dengan menemukan dan
mengukur beberapa variabel bebas (independent)
yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang diamati.
Dengan mengetahui model hubungan antara variabel yang bersangkutan, dapat
diramalkan bagaimana pengaruh yang terjadi pada variabel tidak bebas apabila
terjadi perubahan pada variabel bebasnya.
Peramalan kuantitatif
dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi
berikut:
1.
Tersedia informasi tentang masa lalu.
2.
Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan
dalam bentuk data numerik.
3.
Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek
pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa yang akan datang.
2.1.3
Forecast Dengan Smoothing
Smoothing adalah megambil rata-rata dari
nilai-nilai pada beberapa tahun untuk menaksir nilai pada suatu tahun. Smoothing ini dapat dilakukan antara
lain dengan cara moving averages atau
dengan exponential smoothing (Subagyo, 1986):
1. Moving
Averages
Moving Average adalah suatu metode
peramalan dengan memanfaatkan data masa lalu untuk mengembangkan suatu sistem
peramalan pada periode mendatang.
2. Exponential Smoothing
Exponential smoothing adalah suatu metode
peramalan yang amat mudah digunakan dan dapat ditangani dengan menggunakan
komputer secara efisien. Walaupun exponential
smoothing merupakan suatu tipe teknik moving
average, tetapi ia hanya melibatkan data masa lalu yang sedikit.
a. Single
Exponential Smoothing
b. Double Exponential Smoothing (Metode
linier satu parameter dari Brown)
2.1.4
Arti
dan Maksud Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi (production
planning) adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai
orang- orang, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modal yang
diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa
depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan. Barang yang direncanakan
akan diproduksi pada suatu periode di masa depan harus memenuhi beberapa syarat
yaitu (Assauri, 1993):
1.
Bahwa barang tersebut
harus dapat diproduksi atau dibuat pada waktu itu.
2.
Bahwa barang tersebut
harus dapat dikerjakan dengan/oleh pabrik ini.
3.
Bahwa barang tersebut harus sesuai atau
dapat memenuhi keinginan pembeli sesuai ramalan baik mengenai harga, kuantitas,
kualitas dan waktu yang dibutuhkan.
Perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian
yang terperinci dalam menganalisis kebijaksanaan, karena perencanaan ini
merupakan dasar penentuan bagi manajer dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Perencanaan produksi ini merupakan suatu fungsi yang menentukan batas-batas (level) dari kegiatan perusahaan pabrik
di masa yang akan datang. Berdasarkan rencana produksi yang telah disusun,
pimpinan perusahaan dapat menentukan langkah-langkah sebagai berikut (Baroto, 2002):
1. Bilamana
kegiatan produksi dimulai dan berapa banyak buruh/pekerja yang dibutuhkan dalam
kegiatan produksi tersebut.
2. Menentukan
alat-alat dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam proses produksi.
3. Tingkat
persediaan yang dibutuhkan.
Tujuan perencanaan
produksi adalah sebagai berikut :
1.Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu.
2.Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga
hasil atau output perusahaan ini tetap mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu.
3.Untuk mengusahakan supaya perusahaan
pabrik ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu.
4.Untuk mengusahakan dan mempertahankan
supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatannya
dan berkembang.
5.Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien)
fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang
bersangkutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan perencanaan
produksi ialah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan
kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum, dengan
memperhatikan tiga golongan besar yang ada dalam masyarakat yaitu konsumen,
buruh/pekerja, dan pengusaha. Golongan konsumen menghendaki untuk mendapatkan
barang-barang yang dibutuhkannya dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang
baik dan dengan harga yang dapat dijangkau atau mampu dibayar oleh konsumen. Golongan
buruh atau pekerja menghendaki agar perusahaan dapat mempertahankan terus
kesempatan kerja yang mereka miliki, dan dapat mengembangkannya, serta adanya
jaminan keselamatan kerja. Sedangkan golongan pengusaha menghendaki tingkat
keuntungan (profit) tertentu,
perusahaan dapat bekerja dengan kapasitas yang optimal, dan fasilitas produksi
yang terdapat dalam perusahaan dapat digunakan sebaik-baiknya atau seefisien
mungkin (Indriyo, 1992).
2.1.5
Jenis-Jenis Perusahaan Produksi
Perencanaan produksi yang terdapat dalam suatu perusahaan
dapat dibedakan menurut jangka waktu yang tercakup, yaitu Perencanaan Produksi
Jangka Panjang dan Perencanaan Produksi Jangka Pendek (Perencanaan
Operasional). Yang dimaksud dengan Perencanaan Produksi Jangka Panjang adalah
penentuan tingkat kegiatan produksi lebih dari satu tahun, dan biasanya sampai
dengan lima tahun mendatang, dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas
peralatan atau mesin-mesin, ekspansi pabrik dan pengembangan produk (product development).
Perencanaan produksi jangka pendek adalah penentuan kegiatan
produksi yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun mendatang atau
kurang, dengan tujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan
dan fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan fasilitas pabrik (Handoko, 1997).
Perencanaan produksi
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perencanaan produksi yang menyangkut
kegiatan pada masa yang akan datang,
dibuat berdasarkan penaksiran atau ramalan kegiatan yang ditentukan oleh
ramalan penjualan pada masa yang akan datang.
2. Perencanaan produksi memiliki jangka waktu tertentu.
3. Perencanaan produksi mempersiapkan tenaga
kerja/buruh, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain pada waktu yang diperlukan.
4. Perencanaan produksi harus menentukan
jumlah dan jenis serta kualitas dari produk yang akan diproduksi.
5. Perencanaan produksi harus dapat
mengkoordinir kegiatan produksi dengan mengkoordinir bagian-bagian yang
mempunyai hubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan produksi.
Syarat-syarat suatu
rencana produksi yang baik ialah:
1. Harus disesuaikan atas dasar tujuan atau
obyektifitas perusahaan yang dinyatakan dengan
jelas.
2. Rencana tersebut harus sederhana dan dapat
dimengerti serta mungkin dilaksanakan.
3. Rencana itu harus memberikan analisis dan
kwalifikasi kegiatan.
2.1.6
Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan
Produksi
Dalam perencanaan produksi harus diperhatikan masalah yang
datangnya dari dalam perusahaan dan masalah yang datangnya dari luar
perusahaan. Masalah yang datangnya dari luar perusahaan dapat berupa
kebijaksanaan pemerintah, inflasi, bencana alam dan sebagainya, yang berada di
luar kekuasaan pimpinan perusahaan. Sedangkan masalah yang datangnya dari dalam
perusahaan adalah yang merupakan masalah yang ditimbulkan oleh faktor-faktor
yang berada dalam kekuasaan pimpinan
perusahaan seperti kapasitas mesin dan peralatan, produktivitas tenaga kerja,
kemampuan pengadaan dan penyediaan bahan dan sebagainya (Herjanto, 2008).
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan produksi disamping yang telah disebutkan di atas, antara lain:
1. Sifat proses produksi
Proses produksi dapat dibedakan
atas proses produksi yang terputus-putus (intermittent
manufacturing) dan proses produksi yang terus menerus (continuous process). Masing-masing proses produksi ini mempunyai
sifat yang berbeda-beda, yang mempengaruhi perencanaan produksi yang akan dibuat (Gaspersz, 2002):
a.
Proses
produksi yang terputus-putus (intermittent process/manufacturing).
Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai
proses produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (order) yang diterima. Oleh karena
kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order), maka jumlah produknya biasanya sedikit atau relatif kecil,
sehingga perencanaan produksi yang akan dibuat semata-mata tidak berdasarkan
ramalan penjualan (sales forcasting),
tetapi terutama didasarkan atas pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini
membantu untuk dapat memperkirakan order yang akan diterima, sehingga dapat
diperkirakan dan ditetukan bagaimana penggunaan mesin dan peralatan yang ada
agar mendekati optimum pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa
yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin ada.
Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, agar supaya peralatan
produksi dapat dipergunakan secara optimal.
b.
Proses produksi yang terus-menerus (continuous
process).
Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses
produksi yang terus-menerus, dilakukan berdasarkan penjualan. Hal ini karena
kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk
memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai blueprint selama jangka waktu tertentu.
2.2 Perencanaan Agregat
Perencanaan agregat adalah perencanaan produksi dimana
satuan unit surrogate product (produk
yang mewakili) berbagai macam produk, sehingga permintaan atau kebutuhan atas
suatu produk tidak dinyatakan dalam tiap jenis
produk.
Tujuan perencanaan agregat ialah menggunakan sumber daya
manusia dan peralatan secara produktif. Penggunaan kata agregat menunjukkan
bahwa perencanaan dilakukan di tingkat kasar dan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan total seluruh produk dengan menggunakan seluruh sumber daya manusia
dan peralatan yang ada pada fasilitas produksi tersebut. Sebagai tambahan,
rencana tersebut akan melibatkan banyak tenaga kerja dengan keahlian yang
bermacam-macam. Perlu disadari pula bahwa permintaan dari suatu periode ke
periode lainnya berfluktuasi untuk lintas produksi tersebut. Ada banyak pilihan
rencana bagi seorang perencana agregat. Pilihan yang sederhana adalah
menghasilkan barang di atas kebutuhan pada suatu permintaan rendah dan
menyimpan kelebihannya sampai produk tersebut dibutuhkan. Pendekatan ini
menghasilkan laju produksi yang relatif konstan walaupun memakan biaya
persediaan yang tinggi.
Pendekatan lainnya adalah dengan merekrut tenaga kerja pada
saat permintaan tinggi dan memberhentikannya pada saat permintaan rendah.
Seluruh shift kerja dapat ditambah
atau dihilangkan sesuai kebutuhan. Pada pilihan ini ongkos persediaan ditekan
sampai tingkat terendah tetapi ongkos merekrut, melatih, dan memberhentikan
pegawai menjadi relatif tinggi. Lembur juga merupakan pilihan yang sering
digunakan oleh perencana agregat, namun cara ini ada keterbatasan jumlah
kapasitas yang dapat divariasikan. Pilihan yang lain ialah dengan subkontrak sebagian pekerjaan pada saat sibuk dengan
konsekuensi adanya tambahan ongkos. Suatu perusahaan mungkin saja gagal untuk
memenuhi seluruh permintaan pada saat sibuk dan berharap konsumen akan
memaafkan keterlambatan yang terjadi. Akhirnya perusahaan seringkali menetapkan
kapasitas tetap orang dan peralatan yang akan digunakan penuh pada saat
permintaan tinggi. Biasanya perencana produksi menggunakan beberapa kombinasi
pada saat membuat rencana agregat
(Herjanto, 2008).
2.3 Metode Perencanaan Agregat dengan Model Transportasi
Model transportasi merupakan model perencanaan produksi
agregat dengan menggunakan teknik Transport
Shiftment Problem (TSP). Model transportasi ini dilakukan dengan menggunakan
bantuan tabel transportasi. Terdapat beberapa informasi
penting yang perlu diketahui sebelum menggunakan tabel transportasi tersebut, yaitu (Hendra, 1999):
a. Menghitung
terlebih dahulu total permintaan seluruh produk selama horizon perencanaan
dalam satuan agregat dan masukkan ke dalam kolom ketiga.
b. Menghitung
terlebih dahulu kapasitas yang tersedia untuk tiap pilihan produksi selama horison perencanaan dalam
satuan agregat dan masukkan kedalam baris ketiga.
c.
Menghitung ongkos per unit satuan agregat
sebagai akibat pilihan strategi produksi yang diterapkan dan masukkan ke dalam
sel-sel ditengah tabel transportasi (bagian yang diarsir). Sebagai contoh dapat
dilihat bahwa pada sel A11 ongkos produksi reguler (reguler time) $ 4 per satuan agregat, pada sel A 12 ongkos produksi
lembur (over time) $ 6 per satuan
agregat, dan pada sel A13 ongkos ongkos subkontrak $ 7 per satuan agregat.
Sementara itu sel A21 berarti permintaan bulan Januari yang baru dipenuhi
dengan kapasitas produksi reguler pada bulan Februari. Hal ini berarti terjadi
penundaan pesanan atau keterlambatan pengiriman selama satu bulan sehingga
sebagai konsekuensinya perusahaan harus membayar penalti/denda.
DAFTAR
PUSTAKA
Agus Purnomo, (2015).Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada
Pengrajin Tahu dan Tempe Cibogo Bandung. Universitas Pasundan Bandung.
Digilib.unpas.co.id. Diakses tanggal 9-Desember-2015.
Assauri,
Sofjan. 1993. Manajmen Produksi dan Operasi. Edisi Empat. Jakarta : FEUI
Subagyo,
Pangestu., Konsep dan Aplikasi
Forecasting, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1986.
Herjanto,
Eddy. 2008. Manajemen Produksi dan
Operasi. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Biegel,
John, E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Akademika Pressindo.
Baroto,
Teguh. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Indriyo
Gitusudarmo, Basri. 1992, Manajemen
Keuangan. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE.
Handoko
T. Hani. 1997. Dasar-dasar Manajeman Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE
Gaspersz,
Vincent. 2002. Production Planning And Inventory Control: Berdasarkan
Pendekatan Sistem Teritegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21.
Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma, Hendra. 1999. Manajemen Produksi. Yogyakarta: Andi.