Translate

Rabu, 27 Januari 2016

TUGAS 3 TINJAUAN PUSTAKA DAN DAFTAR PUSTAKA PROPOSAL PENELITIAN


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1                                  Peramalan

                                 Prakiraan atau peramalan merupakan seni dan ilmu dalam memprediksikan kejadian yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang. Dengan digunakannya peralatan metode-metode prakiraan/peramalan maka akan memberikan hasil prakiraan atau peramalan yang lebih dapat dipercaya akan ketetapannya. Oleh karena masing-masing metode prakiraan/peramalan berbeda-beda, maka penggunaannya harus hati-hati terutama dalam pemilihan metode untuk penggunaan dalam kasus tertentu. Pertimbangan ini dibutuhkan, karena tidak ada satupun metode dari prakiraan/peramalan tersebut yang dapat dipergunakan secara universal untuk seluruh keadaan atau situasi. Di samping itu perlu pula diperhatikan bahwa prakiraan atau peramalan selalu salah, di mana jarang sekali terjadi apa yang diperkirakan atau diramalkan tentang penjualan misalnya sama persis dengan jumlah yang terjadi dalam penjualan nyata (Assauri, 1993).

2.1.1      Jenis Jenis Peramalan

           Peramalan dapat dilakukan secara kuantitatif ataupun kualitatif. Pengukuran kuantitatif menggunakan metode statistik, sedangkan pengukuran kualitatif berdasarkan pendapat (judgment) dari yang melakukan peramalan. Berdasarkan horizon waktu, peramalan dapat dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu peramalan jangka panjang, peramalan jangka menengah, dan peramalan jangka pendek (Subagyo, 1986).
1.    Peramalan jangka panjang, yaitu yang mencakup waktu lebih besar dari 24 bulan, misalnya peramalan yang diperlukan dalam kaitannya dengan penanaman modal, perencanaan fasilitas, dan perencanaan untuk kegiatan litbang.
2.     Peramalan jangka menengah, yaitu antara 3-24 bulan, misalnya peramalan untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi.
3.     Peramalan jangka pendek,yaitu untuk jangka waktu kurang dari 3 bulan, misalnya peramalan dalam hubungannya dengan perencanaan pembelian material, penjadwalan kerja, dan penugasan.
Peramalan jangka panjang banyak menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan peramalan jangka menengah dan pendek menggunakan pendekatan kuantitatif.

2.1.2     Metode Peramalan

  Metode peramalan terdiri atas (Herjanto, 2008):
1.     Metode Peramalan Kualitatif
Pada umumnya, peramalan kualitatif bersifat subjektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan, dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang lain dapat berbeda. Meskipun demikian, peramalan dengan metode kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, melainkan mengikutsertakan model statistik sebagai bahan masukan dalam melakukan judgment (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan ataupun kelompok.
Dalam peramalan kualitatif dikenal empat metode yang umum dipakai, yaitu (Biegel, 1992):
a.   Juri Opini Eksekutif
   Pendekatan ini merupakan pendekatan peramalan yang paling sederhana dan banyak digunakan dalam peramalan bisnis.
b.  Metode Delphi
   Dalam metode ini, serangkaian kuesioner disebarkan kepada responden, kemudian jawabannya diringkas dan diberikan ke panel ahli untuk dibuat perkiraan.
c.   Gabungan Tenaga Penjualan
    Metode ini cukup banyak digunakan, karena tenaga penjualan (sales force) merupakan sumber informasi yang baik mengenai permintaan konsumen. Setiap tenaga penjualan meramalkan tingkat penjualan di daerahnya, kemudian digabungkan pada tingkat provinsi dan seterusnya sampai ke tingkat nasional untuk mencapai peramalan yang menyeluruh.
d.  Survei Pasar
    Masukan diperoleh dari konsumen atau konsumen potensial terhadap rencana pembelian dimasa datang. Survei dapat dilakukan dengan kuesioner, telepon, atau wawancara langsung. Pendekatan ini membantu tidak saja dalam menyiapkan peramalan, tetapi juga dalam meningkatkan desain produk dan perencanaan untuk suatu produk baru. Selain memerlukan waktu, metode ini juga mahal dan sulit.
2.     Metode Peramalan Kuantitatif
Pada dasarnya, metode kuantitatif yang digunakan dalam perkiraan dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu (Biegel, 1992):
a.   Metode Serial Waktu
       Metode serial waktu (deret berkala, time series) adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Analisis serial waktu dimulai dengan memplotkan data pada suatu skala waktu, mempelajari pola tersebut, dan akhirnya mencari suatu bentuk atau pola yang konsisten atas data. Pola dari serangkaian data dalam serial waktu dapat dikelompokkan dalam pola dasar sebagai berikut:
·  Konstan, yaitu apabila data berfluktuasi dari sekitar rata-rata secara stabil. Pola berupa garis lurus horizontal. Pola seperti ini terdapat dalam jangka pendek atau menengah, jarang sekali suatu variabel memiliki pola konstan dalam jangka panjang.
·  Kecendrungan (trend), yaitu apabila data dalam jangka panjang mempunyai kecendrungan, baik yang awalnya meningkat maupun menurun dari waktu ke waktu.
·    Musiman (seasonal), yaitu apabila polanya merupakan gerakan yang berulang-ulang secara teratur dalam setiap periode tertentu, misalnya tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan atau mingguan.
·   Siklus (cyclical), yaitu apabila data dipengaruhi oleh  fluktuasi ekonomi jangka panjang, seperti daur hidup bisnis.
·   Residu atau variasi acak, yaitu apabila data tidak teratur sama sekali. Data yang bersifat residu tidak dapat digambarkan.
b.  Metode Kausal
Metode Kausal atau disebut juga dengan metode eksplanatori mengasumsikan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel tidak bebas yang dipengaruhinya, atau dalam bentuk lain antara input dan output dari suatu sistem. Sistem itu dapat berbentuk makro (seperti perekonomian nasional) atau mikro (seperti dalam perusahaan atau rumah tangga). Metode Kausal bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa datang dengan menemukan dan mengukur beberapa variabel bebas (independent) yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang diamati. Dengan mengetahui model hubungan antara variabel yang bersangkutan, dapat diramalkan bagaimana pengaruh yang terjadi pada variabel tidak bebas apabila terjadi perubahan pada variabel bebasnya.
Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut:
1.     Tersedia informasi tentang masa lalu.
2.     Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.
3.     Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut dimasa yang akan datang.

2.1.3       Forecast Dengan Smoothing

   Smoothing adalah megambil rata-rata dari nilai-nilai pada beberapa tahun untuk menaksir nilai pada suatu tahun. Smoothing ini dapat dilakukan antara lain dengan cara moving averages atau dengan exponential smoothing (Subagyo, 1986):
1.  Moving Averages
       Moving Average adalah suatu metode peramalan dengan memanfaatkan data masa lalu untuk mengembangkan suatu sistem peramalan pada periode mendatang. 
2. Exponential Smoothing
    Exponential smoothing adalah suatu metode peramalan yang amat mudah digunakan dan dapat ditangani dengan menggunakan komputer secara efisien. Walaupun exponential smoothing merupakan suatu tipe teknik moving average, tetapi ia hanya melibatkan data masa lalu yang sedikit.
a. Single Exponential Smoothing
b. Double Exponential Smoothing (Metode linier satu parameter dari Brown)

2.1.4       Arti dan Maksud Perencanaan Produksi
  Perencanaan produksi (production planning) adalah perencanaan dan pengorganisasian sebelumnya mengenai orang- orang, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain serta modal yang diperlukan untuk memproduksi barang-barang pada suatu periode tertentu di masa depan sesuai dengan yang diperkirakan atau diramalkan. Barang yang direncanakan akan diproduksi pada suatu periode di masa depan harus memenuhi beberapa syarat yaitu (Assauri, 1993):
1.     Bahwa barang tersebut harus dapat diproduksi atau dibuat pada waktu itu.
2.     Bahwa barang tersebut harus dapat dikerjakan dengan/oleh pabrik ini.
3.     Bahwa barang tersebut harus sesuai atau dapat memenuhi keinginan pembeli sesuai ramalan baik mengenai harga, kuantitas, kualitas dan waktu yang dibutuhkan.
Perencanaan produksi membutuhkan pertimbangan dan ketelitian yang terperinci dalam menganalisis kebijaksanaan, karena perencanaan ini merupakan dasar penentuan bagi manajer dalam rangka mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan produksi ini merupakan suatu fungsi yang menentukan batas-batas (level) dari kegiatan perusahaan pabrik di masa yang akan datang. Berdasarkan rencana produksi yang telah disusun, pimpinan perusahaan dapat menentukan langkah-langkah sebagai berikut (Baroto, 2002):
1.  Bilamana kegiatan produksi dimulai dan berapa banyak buruh/pekerja yang dibutuhkan dalam kegiatan produksi tersebut.
2.  Menentukan alat-alat dan perlengkapan/peralatan yang diperlukan dalam proses produksi.
3.  Tingkat persediaan yang dibutuhkan.
Tujuan perencanaan produksi adalah sebagai berikut :
1.Untuk mencapai tingkat/level keuntungan (profit) yang tertentu.
2.Untuk menguasai pasar tertentu, sehingga hasil atau output perusahaan ini tetap mempunyai pangsa pasar (market share) tertentu.
3.Untuk mengusahakan supaya perusahaan pabrik ini dapat bekerja pada tingkat efisiensi tertentu.
4.Untuk mengusahakan dan mempertahankan supaya pekerjaan dan kesempatan kerja yang sudah ada tetap pada tingkatannya dan berkembang.
5.Untuk menggunakan sebaik-baiknya (efisien) fasilitas yang sudah ada pada perusahaan yang bersangkutan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan perencanaan produksi ialah untuk dapat memproduksi barang-barang (output) dalam waktu tertentu di masa yang akan datang dengan kuantitas dan kualitas yang dikehendaki serta dengan keuntungan (profit) yang maksimum, dengan memperhatikan tiga golongan besar yang ada dalam masyarakat yaitu konsumen, buruh/pekerja, dan pengusaha. Golongan konsumen menghendaki untuk mendapatkan barang-barang yang dibutuhkannya dalam jumlah yang cukup, dengan kualitas yang baik dan dengan harga yang dapat dijangkau atau mampu dibayar oleh konsumen. Golongan buruh atau pekerja menghendaki agar perusahaan dapat mempertahankan terus kesempatan kerja yang mereka miliki, dan dapat mengembangkannya, serta adanya jaminan keselamatan kerja. Sedangkan golongan pengusaha menghendaki tingkat keuntungan (profit) tertentu, perusahaan dapat bekerja dengan kapasitas yang optimal, dan fasilitas produksi yang terdapat dalam perusahaan dapat digunakan sebaik-baiknya atau seefisien mungkin (Indriyo, 1992).

2.1.5       Jenis-Jenis Perusahaan Produksi

   Perencanaan produksi yang terdapat dalam suatu perusahaan dapat dibedakan menurut jangka waktu yang tercakup, yaitu Perencanaan Produksi Jangka Panjang dan Perencanaan Produksi Jangka Pendek (Perencanaan Operasional). Yang dimaksud dengan Perencanaan Produksi Jangka Panjang adalah penentuan tingkat kegiatan produksi lebih dari satu tahun, dan biasanya sampai dengan lima tahun mendatang, dengan tujuan untuk mengatur pertambahan kapasitas peralatan atau mesin-mesin, ekspansi pabrik dan pengembangan produk (product development).
Perencanaan produksi jangka pendek adalah penentuan kegiatan produksi yang akan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun mendatang atau kurang, dengan tujuan untuk mengatur penggunaan tenaga kerja, persediaan bahan dan fasilitas produksi yang dimiliki perusahaan fasilitas pabrik (Handoko, 1997).
Perencanaan produksi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Perencanaan produksi yang menyangkut kegiatan pada masa yang akan  datang, dibuat berdasarkan penaksiran atau ramalan kegiatan yang ditentukan oleh ramalan penjualan pada masa yang akan datang.
2.   Perencanaan produksi memiliki jangka waktu tertentu.
3. Perencanaan produksi mempersiapkan tenaga kerja/buruh, bahan-bahan, mesin-mesin dan peralatan lain pada waktu yang diperlukan.
4.  Perencanaan produksi harus menentukan jumlah dan jenis serta kualitas dari produk yang akan diproduksi.
5.  Perencanaan produksi harus dapat mengkoordinir kegiatan produksi dengan mengkoordinir bagian-bagian yang mempunyai hubungan langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan produksi.
Syarat-syarat suatu rencana produksi yang baik ialah:
1.    Harus disesuaikan atas dasar tujuan atau obyektifitas perusahaan yang dinyatakan dengan jelas.
2.    Rencana tersebut harus sederhana dan dapat dimengerti serta mungkin dilaksanakan.
3.    Rencana itu harus memberikan analisis dan kwalifikasi kegiatan.

2.1.6       Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam Perencanaan Produksi

  Dalam perencanaan produksi harus diperhatikan masalah yang datangnya dari dalam perusahaan dan masalah yang datangnya dari luar perusahaan. Masalah yang datangnya dari luar perusahaan dapat berupa kebijaksanaan pemerintah, inflasi, bencana alam dan sebagainya, yang berada di luar kekuasaan pimpinan perusahaan. Sedangkan masalah yang datangnya dari dalam perusahaan adalah yang merupakan masalah yang ditimbulkan oleh faktor-faktor yang berada  dalam kekuasaan pimpinan perusahaan seperti kapasitas mesin dan peralatan, produktivitas tenaga kerja, kemampuan pengadaan dan penyediaan bahan dan sebagainya (Herjanto, 2008).
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan produksi disamping yang telah disebutkan di atas, antara lain:
1.   Sifat proses produksi
Proses produksi dapat dibedakan atas proses produksi yang terputus-putus (intermittent manufacturing) dan proses produksi yang terus menerus (continuous process). Masing-masing proses produksi ini mempunyai sifat yang berbeda-beda, yang mempengaruhi perencanaan produksi yang akan dibuat (Gaspersz, 2002):
a.  Proses produksi yang terputus-putus (intermittent process/manufacturing).
Perencanaan produksi dalam perusahaan pabrik yang mempunyai proses produksi yang terputus-putus, dilakukan berdasarkan jumlah pesanan (order) yang diterima. Oleh karena kegiatan produksi yang dilakukan berdasarkan pesanan (order), maka jumlah produknya biasanya sedikit atau relatif kecil, sehingga perencanaan produksi yang akan dibuat semata-mata tidak berdasarkan ramalan penjualan (sales forcasting), tetapi terutama didasarkan atas pesanan yang masuk. Ramalan penjualan ini membantu untuk dapat memperkirakan order yang akan diterima, sehingga dapat diperkirakan dan ditetukan bagaimana penggunaan mesin dan peralatan yang ada agar mendekati optimum pada masa yang akan datang, dan tindakan-tindakan apa yang perlu diambil untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang mungkin ada. Perencanaan produksi yang disusun haruslah fleksibel, agar supaya peralatan produksi dapat dipergunakan secara optimal.
b.  Proses produksi yang terus-menerus (continuous process).
Perencanaan produksi pada perusahaan yang mempunyai proses produksi yang terus-menerus, dilakukan berdasarkan penjualan. Hal ini karena kegiatan produksi tidak dilakukan berdasarkan pesanan akan tetapi untuk memenuhi pasar dan jumlah yang besar serta berulang-ulang dan telah mempunyai blueprint selama jangka waktu tertentu.

2.2                           Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat adalah perencanaan produksi dimana satuan unit surrogate product (produk yang mewakili) berbagai macam produk, sehingga permintaan atau kebutuhan atas suatu produk tidak dinyatakan dalam tiap jenis produk.
Tujuan perencanaan agregat ialah menggunakan sumber daya manusia dan peralatan secara produktif. Penggunaan kata agregat menunjukkan bahwa perencanaan dilakukan di tingkat kasar dan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan total seluruh produk dengan menggunakan seluruh sumber daya manusia dan peralatan yang ada pada fasilitas produksi tersebut. Sebagai tambahan, rencana tersebut akan melibatkan banyak tenaga kerja dengan keahlian yang bermacam-macam. Perlu disadari pula bahwa permintaan dari suatu periode ke periode lainnya berfluktuasi untuk lintas produksi tersebut. Ada banyak pilihan rencana bagi seorang perencana agregat. Pilihan yang sederhana adalah menghasilkan barang di atas kebutuhan pada suatu permintaan rendah dan menyimpan kelebihannya sampai produk tersebut dibutuhkan. Pendekatan ini menghasilkan laju produksi yang relatif konstan walaupun memakan biaya persediaan yang tinggi.
Pendekatan lainnya adalah dengan merekrut tenaga kerja pada saat permintaan tinggi dan memberhentikannya pada saat permintaan rendah. Seluruh shift kerja dapat ditambah atau dihilangkan sesuai kebutuhan. Pada pilihan ini ongkos persediaan ditekan sampai tingkat terendah tetapi ongkos merekrut, melatih, dan memberhentikan pegawai menjadi relatif tinggi. Lembur juga merupakan pilihan yang sering digunakan oleh perencana agregat, namun cara ini ada keterbatasan jumlah kapasitas yang dapat divariasikan. Pilihan yang lain ialah dengan subkontrak sebagian pekerjaan pada saat sibuk dengan konsekuensi adanya tambahan ongkos. Suatu perusahaan mungkin saja gagal untuk memenuhi seluruh permintaan pada saat sibuk dan berharap konsumen akan memaafkan keterlambatan yang terjadi. Akhirnya perusahaan seringkali menetapkan kapasitas tetap orang dan peralatan yang akan digunakan penuh pada saat permintaan tinggi. Biasanya perencana produksi menggunakan beberapa kombinasi pada saat membuat rencana agregat (Herjanto, 2008).

2.3                           Metode Perencanaan Agregat dengan Model Transportasi

Model transportasi merupakan model perencanaan produksi agregat dengan menggunakan teknik Transport Shiftment Problem (TSP). Model transportasi ini dilakukan dengan menggunakan bantuan tabel transportasi. Terdapat beberapa informasi penting yang perlu diketahui sebelum menggunakan tabel transportasi tersebut, yaitu (Hendra, 1999):
a.    Menghitung terlebih dahulu total permintaan seluruh produk selama horizon perencanaan dalam satuan agregat dan masukkan ke dalam kolom ketiga.
b.     Menghitung terlebih dahulu kapasitas yang tersedia untuk tiap pilihan  produksi selama horison perencanaan dalam satuan agregat dan masukkan kedalam baris ketiga.
c.  Menghitung ongkos per unit satuan agregat sebagai akibat pilihan strategi produksi yang diterapkan dan masukkan ke dalam sel-sel ditengah tabel transportasi (bagian yang diarsir). Sebagai contoh dapat dilihat bahwa pada sel A11 ongkos produksi reguler (reguler time) $ 4 per satuan agregat, pada sel A 12 ongkos produksi lembur (over time) $ 6 per satuan agregat, dan pada sel A13 ongkos ongkos subkontrak $ 7 per satuan agregat. Sementara itu sel A21 berarti permintaan bulan Januari yang baru dipenuhi dengan kapasitas produksi reguler pada bulan Februari. Hal ini berarti terjadi penundaan pesanan atau keterlambatan pengiriman selama satu bulan sehingga sebagai konsekuensinya perusahaan harus membayar penalti/denda.


DAFTAR PUSTAKA


Agus Purnomo, (2015).Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada Pengrajin Tahu dan Tempe Cibogo Bandung. Universitas Pasundan Bandung. Digilib.unpas.co.id. Diakses tanggal 9-Desember-2015.
Assauri, Sofjan. 1993. Manajmen Produksi dan Operasi. Edisi Empat. Jakarta :      FEUI
Subagyo, Pangestu., Konsep dan Aplikasi Forecasting, Edisi kedua, BPFE, Yogyakarta, 1986.
Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Biegel, John, E. 1992. Pengendalian Produksi Suatu Pendekatan Kualitatif. Jakarta: Akademika Pressindo.
Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan Dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Indriyo Gitusudarmo, Basri. 1992, Manajemen Keuangan. Edisi ke-2. Yogyakarta: BPFE.
Handoko T. Hani. 1997. Dasar-dasar Manajeman Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE
Gaspersz, Vincent. 2002. Production Planning And Inventory Control: Berdasarkan Pendekatan Sistem Teritegrasi MRP II dan JIT Menuju Manufacturing 21. Jakarta: Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Kusuma, Hendra. 1999. Manajemen Produksi. Yogyakarta: Andi.



Unknown Web Developer